FRIDAY ART PICKS
Our curators have selected five Monet artworks to accompany your Friday.
Seniman Claude Monet tetap melukis saat Perang Dunia 1
Ada satu momen kecil dalam sejarah seni yang sering terlupakan: ketika Perang Dunia I meletus pada 1914, hampir semua orang di Prancis meninggalkan rumah mereka. Tetapi Claude Monet memilih sesuatu yang berbeda ia tetap tinggal di studionya di Giverny, meski dentuman meriam terdengar dari kejauhan.
Alih-alih lari dari ketakutan, Monet menenggelamkan dirinya ke dalam proyek besarnya, Water Lilies (Nymphéas). Bukan sekadar lukisan, bagi Monet ini adalah bentuk perlawanan paling sunyi sebuah ruang visual yang ia bangun untuk menenangkan jiwa manusia di tengah dunia yang tidak stabil.
Monet menyebut karyanya sebagai obat visual. Ia percaya bahwa warna, air, dan cahaya yang ia racik dapat menjadi penawar bagi orang-orang yang dilukai perang, bahkan jika hanya untuk beberapa menit rasa damai.
Setelah perang berakhir, ia menyumbangkan lukisan-lukisan raksasa itu kepada Prancis sebagai simbol kedamaian. Dan jika hari ini kamu merasa tenang saat menatap karya-karyanya, berarti misi Monet dari seratus tahun lalu masih bekerja.
Nikmati lima karya Monet pilihan minggu ini:
Woman with a Parasol (1875)
Potret Monet terhadap ketenangan keluarganya rasa hangat di tengah dunia yang gelisah.
Water Lilies and Japanese Bridge (1897–1899)
Seri yang berubah menjadi obat visual tempat meditasi yang diciptakan Monet sendiri.
Bridge Over a Pond of Water Lilies (1899)
Jembatan tenang di atas riak air pengingat bahwa kedamaian selalu punya celah untuk masuk.
The Parc Monceau (1876)
Ruang hijau Paris yang hidup, menjadi kontras terhadap dunia yang sedang berperang.
Houses on the Achterzaan (1871)
Pemandangan tenang di Belanda tempat Monet menemukan kembali ritme hidupnya.


